JAKARTA – Wakil Direktur Tindak Pidana Kondisi Keuangan Khusus Bareskrim Polri Kombes Pol Samsul Arifin mengungkapkan bahwa Polri berupaya membantu pemerintah mewujudkan kemandirian pangan. Polri, kata dia, menyadari bahwa kolaborasi semua pihak diperlukan untuk mewujudkan swasembada pangan .
“Polri sadar perlu kolaborasi semua pihak untuk mewujudkan swasembada pangan,” kata Samsul yang tersebut juga sebagai Wakil Kepala Satgas Pangan Polri ini di dialog rakyat yang tersebut dilakukan Divisi Humas Polri di dalam Hotel Grand Kemang, DKI Jakarta Selatan, Kamis (20/3/2025).
Dia menuturkan, Polri telah lama melalukan berbagai upaya di membantu inisiatif pemerintah swasembada pangan, di area antaranya memanfaatkan lahan-lahan kosong milik Polri untuk tumbuhan pangan, perekrutan tenaga-tenaga pertanian, serta pemanfaatan pekarangan anggota untuk tumbuhan pangan.
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) Bustanul Arifin menyatakan Indonesia sudah ada swasembada apabila dilihat dari supply (penawaran) dan juga demand (permintaan). Namun, kata dia, tidak ada ada gunanya swasembada kalau warga tidak ada dapat makan.
“Swasembada tidak tujuan, tetapi alat untuk menuju kemandirian,” ujar Bustanul di kesempatan sama.
Ia membandingkan dengan Singapura yang tidak ada swasembada tetapi punya kemandirian pangan. Menurut dia, sektor pertanian pada waktu ini sedang tidak ada baik-baik saja.
Dia pun menyoroti minimnya penyuluhan pertanian, juga minat anak muda terjun ke pertanian. Karena itu, lanjut dia, perlu kolaborasi antarsemua pihak terkait di mengatasi permasalahan ini, memperbanyak tenaga kerja terdidik ke sektor pertanian.
Sementara itu, Kepala Substansi Perencanaan, Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Siti Haryati mengakui tidak perkara mudah mewujudkan swasembada pangan, apalagi kemandirian pangan. Namun, ia menegaskan pemerintah ingin swasembada secepat-cepatnya.
Upaya yang dimaksud menghadapi berbagai tantangan, pada antaranya kesulitan cuaca, alih fungsi lahan, lalu minimnya sumber daya manusia (SDM). “Petani berbagai yang tersebut senior, yang dimaksud muda-muda susah terjun ke sawah,” kata Sri Haryati.
Dia menambahkan, kesulitan sarana kemudian prasarana yang mana terbatas. Namun, kata dia, permasalahan pupuk ketika ini telah selesai, tersedia barangnya kemudian mudah didapat.
Wakil Direktur Utama PT. Pupuk Indonesia Gusrizal menjamin adanya pabrik pupuk pada sentra-sentra pangan Tanah Air, sehingga tidaklah ada lagi alasan pupuk sulit didapat juga harganya mahal. “Secara produksi ada 14 jt ton, yang disubsidi 9,5 jt ton,” ujar Gusrizal.
Ia memastikan, PT. Pupuk Indonesia mencoba keras menyediakan pupuk di area mana pun sentra-sentra pertanian berdiri untuk memudahkan petani mengaksesnya. “Pupuk berkontribusi 62% produktivitas tetapi harganya hanya saja 23%, serta jikalau pupuk subsidi sanggup menghurangi biaya produksi sampai 9%,” pungkasnya.